1.Hujan Deras = Lampu Hazard
Dalam kondisi hujan deras, jalanan – terutama di jalan tol – seketika akan berubah menjadi pohon natal. Karena, sebagian besar mobil menyalakan lampu hazard yang justru menyilaukan dan membahayakan kendaraan lain. Ketika pengemudi tuntut untuk lebih berkonsentrasi, malah diganggu oleh kedap-kedip lampu hazard yang semestinya digunakan dalam kondisi darurat. Semisal, sedang mengganti ban kempis di bahu jalan, atau mobil mogok di bahu jalan, dsb.
Salah kaprah penggunaan lampu hazard bukan hanya saat hujan deras saja, tapi juga kala konvoi atau sedang iring-iringan, masuk terowongan (seharusnya menyalakan lampu utama), dan ketika akan mengambil jalan lurus di perempatan/persimpangan jalan.
2.Penggunaan Wiper Belakangan
Saat ini, sebagian besar mobil MPV dan SUV (ada sampai tipe termurah) sudah dilengkapi wiper di kaca belakang. Rupanya, banyak pengemudi yang tidak memahami pemakaiannya. Ketika turun hujan, beberapa pengemudi segera mengoperasikannya sepanjang perjalanan. Padahal, fungsi wiper belakang digunakan saat mobil hendak mundur, sehingga pengemudi bisa melihat kondisi di belakang dengan jelas.
Untuk mobil Eropa dan sebagian Jepang di kelas menengah ke atas, wiper belakang akan menyala otomatis ketika tuas transmisi masuk ke gigi “R”. Ketika mengemudi, pandangan pengemudi semestinya lebih fokus ke arah depan, dan sesekali melihat kaca spion ketika hendak mendahului.
3.Goncangkan Mobil Saat Isi Bensin
Pada mengisi BBM di SPBU, sering terlihat pengemudi mobil mengoncang-goncangkan bodi. Anggapannya, dengan melakukan tindakan tersebut dapat mengisikan BBM ke tangki dengan kapasitas lebih banyak/penuh. Yang kita tahu, BBM adalah cairan, dan sifat cairan adalah selalu mengisi dan mencari tempat yang lebih rendah. Jadi tidak perlu digundang-guncangkan agar lebih penuh.